, , ,

Tips: Go Neutral


Suka warna netral?
Simak video ini untuk mendapatkan tips menata ruang dengan warna netral.
, , , , ,

Memajang Piring Kuno

Senang dengan piring-piring antik warisan nenek? Keren sekali kalau kita punya, tapi kalau disimpan nggak kelihatan, ya. Nah, saya nemu cara untuk memajang piring kuno, dapat dari majalah Flea Market Decor edisi lama. Cara menggantungnya, coba pakai tips dari http://www.dwellwithdignity.org/diy-plate-hanging-made-simple/ yang memakai peniti atau klip kertas yang ditempel ke piring dengan lem tembak atau lem superglue.
, , , , , ,

Peter Mikic


Desainer interior asal Australia yang kini berbasis di London, Inggris. Ciri khas desainnya memiliki sentuhan mewah gaya antik dan kental dengan seni kontemporer. Sebelum menjadi desainer interior, Peter terlebih dulu bekerja di bidang fashion selama 15 tahun. Peter juga mendesain furniture dan memiliki toko online berisi koleksi furniture dan lighting di http://www.petermikic.com/shop.   

Keep the Walls Plain

Perhatikan benda apa yang biasa digantungkan di dinding rumah: lukisan, kalender, hiasan-hiasan, kenang-kenangan waktu liburan, foto-foto keluarga, jam dinding. Banyak juga, ya. Dinding memang bidang luas yang kosong, jadi orang suka meletakkan sesuatu di situ. Tapi akibatnya, ruang jadi kelihatan "berat", bikin mata jadi capek.

Keep the walls plain adalah salah satu tips menata interior, terutama pada ruangan yang tidak besar. Saya baru baca di majalah Home & Garden edisi September 2015. Pertimbangannya, benda-benda yang diletakkan di lantai sudah terlalu banyak, jadi nggak perlu menambah lagi dengan ornamen di dinding.

Tindakan mengosongkan dinding ini tidak selalu mudah. Soalnya, orang terbiasa meletakkan sesuatu di situ. Aneh kalau dibiarkan kosong. Kekosongan kesannya mengerikan, atau membosankan. Iya betul juga, jadinya bosen kalau nggak ada apa-apa sama sekali.

Jadi jalan tengahnya, pilih salah satu dinding yang dihias atau diberi ornamen, tidak usah seluruh dinding. Mungkin cara ini bisa jadi pilihan.

Colour Blocked Sofa

Majalah Home Decor Malaysia memuat gambar yang menarik: sofa dengan banyak warna. Desain sofa oleh: http://www.swagstails.com/. Ini bisa jadi inspirasi bagi yang berencana mengubah tampilan sofa.

Desain sofa dengan banyak warna ini pernah populer tahun 1950-an, tapi masih banyak disukai hingga sekarang. Gaya 50'an itu sangat kasual, berani memakai warna-warna solid, meskipun saling berlawanan (komplementer).

Ide-ide penutup kain sofa ada di sini http://decoholic.org/2015/01/14/one-kind-pieces-exciting-patchwork-upcycled-furniture/


, , ,

Outdoor Living Room, by Dedon

Ke mana cari Outdoor Furniture?

Nggak usah bingung, soalnya ada produsen furnitur khusus untuk ruang luar baru buka showroom di Jakarta. Namanya Dedon, berasal dari Jerman. 

Furnitur untuk di teras atau halaman ini pastinya lebih kuat terhadap cuaca. Desainnya yang natural cocok dengan atmosfer di Indonesia. Kalau mau lihat langsung koleksi Dedon bisa datang ke showroomnya di Sentrum Building, Jalan Radio, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan. Bisa juga ke websitenya di http://www.dedon.de

Beritanya ada di sini: http://properti.kompas.com/read/2015/09/08/204734021
/Permintaan.Tinggi.Produk.Furnitur.Jerman.Masuk.Indonesia dan http://gulalives.com/2015/09/12/yuhuuu-outdoor-furniture-dedon-hadir-di-jakarta/



 

Cara Mudah Mendapatkan Kenyamanan di Rumah



Apa sih rumah yang nyaman itu? Rumah nyaman berarti rumah harus mewadahi kebutuhan individu (pemilik dan pengguna rumah). Kebutuhan individu itu diantaranya adalah ruang yang mewadahi hobi dan juga aktivitas multitasking (berbeda namun dilakukan bersamaan).

Mewadahi Kebutuhan

Rumah nyaman juga berarti memenuhi kebutuhan rumah itu sendiri, seperti udara dan cahaya, yang membuat bahan bangunan tidak mudah rusak karena lembap. Kebutuhan sirkulasi udara diperlukan oleh bangunan itu sendiri, karena ada material yang harus berada dalam kondisi udara yang baik. Misalnya gipsum, yang tak tahan lembap, atau dinding yang seringkali terkena air, harus kering dengan aliran udara dan cahaya yang baik. Rumah pun sebaiknya mewadahi kebutuhan lingkungan. Kebutuhan lingkungan antara lain, aksesibilitas (tak menggangu lalu lintas), inspiratif (jadi solusi panca indera),& jadi tempat penghijauan.

Seimbang

Selain memenuhi kebutuhan penghuni dan lingkungannya, rumah pun harus seimbang. Keseimbangan yang dimaksud adalah adanya interaksi berkesinambungan antara beberapa hal yang memberi makna. Diantaranya adalah keseimbangan antara elemen kosong-isi. Keseimbangan antara elemen diam-bergerak. Keseimbangan antara bidang terang-gelap,dan keseimbangan penggunaan elemen artifisial dan alami di rumah.

- Keseimbangan kosong-isi, berarti membuat ruang dan bangunan memiliki bagian yang lebih padat pada posisi tertentu, dan kosong pada posisi lain. Posisi ini tergantung pada kebutuhan individu. Apakah ingin suasana yang lebih dinamis atau lebih statis. Ruang yang memiliki isi bisa menjadi ruang fungsional, penyimpanan barang, dan ruang yang kosong bisa jadi ruang pandang, dan ruang sirkulasi orang.

- Keseimbangan diam dan bergerak, berarti membuat komposisi ruang yang memainkan unsur bergerak di satu sisi , dan diam di sisi lain.Unsur bergerak itu bisa berupa pepohonan yang memiliki daun yang bisa bergerak saat tertiup angin, atau aliran air yang mengalir. Unsur bergerak bisa juga diwakili oleh pola-pola geometris yang dinamis. Unsur diam bisa dari furnitur yang ada di ruangan, atau elemen bangunan yang diposisikan berdampingan dengan elemen bergerak tadi.

- Keseimbangan selanjutnya adalah keseimbangan yang memainkan unsur terang dan gelap. Permainan terang dan gelap yang seimbang bisa menguatkan dimensi ruang. Dimensi ruang yang terlihat kuat bisa membuat ruangan jadi lebih berkarakter, penuh kesan, dan kontemplatif.

Nah, yang menarik, ternyata masing-masing jenis keseimbangan tadi mewakili unsur Yin (unsur statis atau dingin), dan Yang (unsur dinamis atau gairah) pada ruangan. Memainkan unsur-unsur keseimbangan pada ruangan, ternyata bisa membentuk karakter penghuni rumah, lho . Karakter bisa muncul dari perilaku yang berulang. Sedangkan perilaku sendiri muncul dari cara kita beraktivitas menanggapi sebuah persoalan. Persoalan yang bisa diselesaikan dengan baik membawa perilaku yang baik, dan begitu pula sebaiknya. Penataan dan desain ruangan, adalah sebuah solusi atas persoalan pewadahan kebutuhan.

Mewadahi Interaksi


Ini dia aspek lain yang membuat rumah jadi nyaman adalah kemampuan ruang mewadahi interaksi penghuninya. Interkatif: ruang-ruangnya bisa mewadahi aktivitas berkomunikasi dengan intensif. Interaktif juga berarti menjadikan elemen alam (cahaya, udara, air) terhubung dengan erat dengan panca indera.

Komunikasi tak hanya berbentuk verbal, tapi keempat indera yang lain bisa ikut “berkomunikasi”. Saat kelima indera berkomunikasi, didapatlah data yang nantinya bisa diolah otak. Dari data yang didapat, akan terstimulasi dalam gerak dan rasa. Kenyamanan di indera mempengaruhi kenyamanan rasa dan menjadi kesan yang diingat.

Kenyamanan di rumah bisa didapatkan tanpa mengubah banyak hal. Kembali introspeksi diri, ketahui kebutuhan diri & lingkungan, itu kuncinya.
, ,

Jejak Arsitektur Soekarno di Bengkulu

Saat berkunjung ke Bengkulu, saya menyempatkan diri untuk mendatangi rumah pengasingan Presiden Soekarno di masa pra kemerdekaan. Tempat ini menjadi tujuan wisata kota Bengkulu, saya menemui banyak toko suvenir, warung makan, dan penginapan tak jauh dari rumah tersebut. Di kanan kiri rumah sedang ada pembangunan gedung, kata penjaga rumah, gedung di kiri rumah untuk ruang pertemuan, sementara di kanannya akan dibangun hotel.

Saya cukup membayar Rp 2.500 saja untuk bisa masuk ke dalam rumah. Rumah pengasingan ini sesungguhnya milik seorang saudagar Cina yang disewa oleh pemerintah Belanda untuk "membuang" Bung Karno di tahun 1938. Saya bisa melihat ornamen Cina pada lubang angin di atas pintu dan jendela. Rumah penuh buku yang pernah dibaca Bung Karno selama pengasingan. Saya membayangkan Bung Karno membaca buku-buku itu di beranda depan atau belakang yang adem. Halaman di sekitar rumah luas dan posisi rumah masuk ke dalam, jauh dari jalan raya.

Tapi Bung Karno di pengasingan tidak hanya diam membaca buku. Sebagai seorang arsitek, beliau merancang beberapa bangunan di Bengkulu. Ada 4 rumah tinggal, tapi hanya 2 yang terbangun: rumah kembar untuk refendaris residen dan rumah seorang demang. Bung Karno juga merenovasi masjid Jami' Bengkulu yang kini menjadi ikon kota Bengkulu.


Mbak Yuke Ardhiati pernah menulis dalam disertasinya yang hebat soal kearsitekan Bung Karno: pada tahun ketika diasingkan di Bengkulu merupakan periode awal intelektual Bung Karno sebagai insinyur-arsitek. Dalam disertasi itu pun terungkap bahwa Bung Karno mengidolakan Frank Lloyd Wright yang diturunkan oleh Prof. Schoemaker, guru arsitektur Bung Karno.

Bung Karno di Bengkulu ternyata juga membuat usaha mebel. Nama tokonya? Perusahaan Mebel Sukamerindu, sesuai dengan nama jalan tempat toko itu ada. Toko ini beliau bangun bersama dengan pengusaha Cina bernama Oei Tjeng Hien. Bung Karno bertindak sebagai desainer furnitur. Mereka pun pernah mengikuti pasar malam untuk memamerkan desain-desain mebel. Dan Bung Karno pernah membuatkan meja rias untuk Fatmawati, gadis asli Bengkulu yang dijumpai saat pengasingan dan kelak menjadi ibu negara.

Gambar di kiri ini adalah bangunan Masjid Jami' Bengkulu. Dalam suasana penuh keprihatinan, Bung Karno tetap bisa menghasilkan karya arsitektur. Beliau menjalani pengasingan di Bengkulu hingga 1942.
,

Designing for The Sun Chaser


Mendesain tempat tinggal di atas tanah itu biasa. Mendesain tempat tinggal di atas air itu barulah luar biasa. Hehee..setidaknya itulah yang saya rasakan karena baru kali pertama studio kami mendesain yacht. Walaupun saya hanya tangan kedua dalam desain yacht ini, tapi saya “harus tau” bagaimana menciptakan interior kapal yang aman dan nyaman dihuni.

Kliennya adalah pasangan Bruce dan David. Awalnya mereka tinggal di sebuah apartemen di kawasan Central, Hong Kong. Berniat menjual apartemen mereka dan beralih tinggal di atas laut dan hidup nomaden. Kebayang nikmatnya pindah-pindah rumah setiap akhir minggu tanpa harus bongkar-pasang isi rumah, mau mancing tinggal duduk di pinggir teras belakang, makan malam di alam terbuka di tengah samudera, atau sekadar duduk malas-malasan di atas deck kapal.

Sayangnya kenikmatan itu hanya akan dirasakan oleh klien, sementara desainernya mesti putar otak bagaimana memenuhi permintaan klien untuk desain interior kapalnya. Badan kapal ini hasil rancangan dari “arsitek kapal” asal Thailand. Interior kapal terdiri dari 3 tingkat : tingkat paling atas roofdeck, bar, dan ruang kemudi, bagian tengah untuk dapur - ruang makan - dan ruang keluarga, sementara ruang paling bawah adalah kamar-kamar tidur dan toilet. Pertama kali mendapat proyek mendesain interior yacht, yang terpikir adalah “apa yang membedakan interior rumah dengan interior kapal?” Secara garis besar sih sama saja. Karena kapal ini akan dijadikan tempat tinggal, tentu kebutuhan rumah standar juga diterapkan di dalam kapal, seperti kamar tidur, ruang keluarga, kamar mandi, ruang makan, dapur, dan teras, kecuali garasi/ carport. Tambahan ruang antara lain ruang kemudi dan ruang mesin. Kapal ini memiliki 2 teras, 1 teras berada di bagian tengah kapal berhadapan langsung dengan ruang keluarga. Satu teras lagi berada di paling atas kapal dekat ruang kemudi. Teras terbuka ini dimanfaatkan sebagai tempat barbeque dan ruang duduk outdoor (sunbathing area).

Hal yang membedakan dengan interior rumah adalah pada detil-detil desainnya. Hal pertama yang harus diperhatikan dalam mendesain interior kapal adalah keamanan (safety). Karena kapal tidak pernah stabil alias selalu bergerak (walaupun kadang sangat minim untuk kapal-kapal besar) maka sudut-sudut runcing dalam disain dihindari. Terutama sudut meja dan tempat tidur dibuat melengkung. Di beberapa area terbuka bahkan dindingnya perlu dilapisi padded leather.
Desain meja atau kitchen counter juga perlu perhatian ekstra. Pinggiran meja diberi pembatas setinggi kurang lebih 1cm sepanjang sisinya untuk menghindari benda-benda diatasnya tergeser dan jatuh. Exhaust hood yang biasanya terletak di atas kompor, diganti dengan exhaust set yang menempel pada dinding bawah kompor (mirip di teppanyaki itu lho). Lemari penyimpanan dibuat semaksimal mungkin. Furnitur-furnitur kecil yang mudah tergeser dibuatkan permanen atau sistem built in. Misalnya, kursi bar (stools) yang tinggi dibuat permanen. Lemari untuk menyimpan gelas atau botol beling harus ada pegangan khusus di dalamnya agar gelas tidak saling bertumbuk.

Masih banyak hal-hal baru yang akan saya temui dan mesti dipelajari dalam proses mendesain interior yacht ini. There’s nothing more fun than learning new things, rite guys?
, ,

Rumah Sembuh

Keluarga besar saya tinggal di Surabaya. Beberapa kali saya mesti ke sana untuk menengok saudara yang sakit, terutama yang sudah berusia lanjut. Jadi, masuk-keluar bangunan rumah sakit di sana sudah lumrah bagi saya. Sakitnya tidak hanya hitungan hari, bisa berminggu-minggu atau berbulan-bulan, kadang harus berganti-ganti rumah sakit tergantung perkembangan si sakit.

Keluarga yang sedang sakit biasanya dirawat di Rumah Sakit Darmo dan Rumah Sakit Islam Jemur Sari. RS Darmo, karena dokter-dokternya dianggap lebih senior dan piawai, sedangkan RSI Jemur Sari dekat dengan lokasi tempat tinggal beberapa keluarga. Ada juga rumah sakit lainnya, tapi yang 2 saya sebut di atas lebih sering saya kunjungi sehingga meninggalkan beberapa kesan tertentu.

Saya senang dengan bangunan 2 rumah sakit itu, sebab keduanya berdesain yang nyaman untuk manusia tropis seperti saya. Ada taman-taman di sisi-sisi koridor rumah sakit lengkap dengan pohon dan perdu-perduan. Kami para penunggu si sakit bisa duduk-duduk di kursi atau dinding pembatas rendah di pinggir-pinggir taman. Jangan salah, di rumah sakit bukan cuma pasien yang menderita, keluarganya juga sama. Mereka pasti lelah dan tak jarang stres karena kesulitan biaya. Juga ahli medis dan jajarannya yang bekerja siang malam. Bagi saya, adanya taman membuat suasana lebih ceria.

Oya, saya juga senang dengan teras-terasnya yang lebar (karena untuk kebutuhan sirkulasi di rumah sakit) dan koridornya berada di sisi luar bangunan, bersebelahan dengan taman-taman itu. Selasar-selasar panjang yang terbuka membuat udara dapat berganti setiap saat, dan bagi saya ini menyenangkan. Bedakan bila rumah sakit bersetting gedung tertutup yang kiri-kanannya tembok yang tertutup. Saya membayangkan si sakit barangkali sedikit terhibur dengan suasana begini. Syukur-syukur kalau bisa sekalian menyembuhkan penyakitnya.

Mungkin karena keterbatasan lahan, rumah sakit sulit untuk menjadi lebih manusiawi. RS Darmo memang bangunan Belanda yang berlahan luas sehingga bisa menciptakan lansekap di sana-sini. Tapi, RSI yang baru terbangun sekitar awal 2000-an dan lahannya terbatas juga tetap bisa memiliki banyak taman. Memang ruang rawat inapnya mungkin tidak seberapa, mungkin arsitek atau ownernya lebih mementingkan suasana yang nyaman bagi si sakit dan orang yang menunggu ketimbang sisi bisnis. Paradigma mendesain rumah sakit barangkali perlu mendapat pencerahan. Semoga pada desain-desain yang baru tak ada lagi rumah sakit yang membuat orang-orang di dalamnya semakin sakit.
, , , ,

Bandung Memakan Sejarahnya

Photobucket



Ketakutan saya menjadi, ketika pemandian Cihampelas kini rata dengan tanah. Saya selalu percaya, bahwa sebuah perbuatan yang menghasilkan karya, baik itu karya merusak maupun karya yang membangun, akan menjadi trigger untuk perbuatan selanjutnya. Simpelnya, mirip dengan karma.

Bukan karena masalah spiritualitas. Ini adalah logis. ketika kita berkarya, kita menemukan level pemikiran utuh pada karya tersebut. Apalagi jika karya itu menjadi sebuah langkah besar hidup kita. Kengo Kuma pun berpaham bahwa karya nya adalah trigger untuk lingkungan sekitarnya. kita, adalah lingkungan kita, disadari ataupun tidak.

Pemandian Cihampelas memang bermakna sejarah. Ini bukan cerita romantis tentang kehadirannya, tetapi lebih kepada keterkaitan terhadap sebuah sejarah besar kota Bandung yang pernah menjadi tolok ukur tata kota modern asia pada jamannya. Pemandian Cihampelas ini, walaupun memang tak tampak signifikan mempengaruhi ruang kota setelah tertutup oleh bangunan kampus besar di depannya, tetaplah berpengaruh pada pembentukan sejarah tata kota Bandung. Ia telah rata, rata dengan ambisi besar menciptakan sebuah wadah baru untuk stakeholder baru kota Bandung, para pendatang dan pemodal.

Sebuah rencana besar, dengan energi besar, kini tengah menggerus sejarah Bandung. Trigger berupa penghancuran pemandian Cihampelas kini benar-benar menyebar ke bangunan sejarah lainnya, Pemandian Centrum, dan bahkan beberapa bangunan tua di braga. Bangunan-bangunan yang terakhir disebut, masih sangat mempengaruhi shape ruang kota khas Parisj van Java. Saya khawatir, ini bukan masalah kerusakan bangunan yang menakuti kita, tapi rusaknya ruang-ruang kota yang berawal dari rusaknya shape ruang kota itu. Akhirnya, kerusakan ruang kota hanya akan merusak spora-spora aktivitas yang berusaha mencari makna di ruang kota itu.

Sebuah gerakan elegan selayaknya dihimpun. Bukan untuk melawan ambisi, tapi mengolah ambisi. Ambisi untuk mewadahi ego-ego stakeholder bandung yang ingin kenyamanan. Ambisi inilah yang bisa diolah dengan cara cerdas: Menggiring Stakeholder Bandung untuk Menghargai Sejarah Bandung!

Foto Cihampelas: by Agah Nugraha Muharam
, ,

Kisah sedih pasar sei jodoh


Tak ada hal yang lebih menyedihkan daripada menyaksikan bangunan yang terabaikan. Karya arsitektur pasti melalui satu proses panjang yang melibatkan pikiran, hati, lingkungan, dan segala hal. Lantas mengapa orang-orang mengabaikannya?

Saya berulang kali menanyakan hal tersebut pada orang di sekeliling saya ketika melihat pasar induk Sei Jodoh di Batam. Bangunan pasar itu desainnya sungguh luar biasa. Saya yakin arsiteknya telah mencurahkan segala jiwa dan pikirannya saat menyelesaikan desain pasar itu. Eksplorasi materialnya maksimal, bentuk massa yang unik, struktur bentang lebarnya tidak main-main, pastilah menghabiskan banyak biaya. Dibangun 2004, kini pasar itu mati, kondisinya rusak, tidak ada aktivitas jual beli-hanya ada sedikit orang yang menumpang hidup di situ. Bangunan yang tidak terawat itu akhirnya seperti situs bersejarah dengan kondisi rusak sana sini. 

Apa yang terjadi? "Pengelola pasar tidak mampu membayar biaya maintenance bangunan itu," kata Joko ...., Dirut PD Pasar Jaya, dalam satu seminar di Batam. Begitu banyak detail bangunan yang butuh perawatan ekstra, material lantai dari batu ternyata sulit dibersihkan. "Nggak bisa cepat dipel," jelas Joko. Desain memang menjadi hal utama dalam pembuatan bangunan umum seperti pasar. Kita paham bagaimana suasana pasar yang sibuk dan penuh manusia dari berbagai latar belakang. Banyak hal wajib yang harus dipenuhi seorang arsitek, seperti sirkulasi, kemudahan perawatan, dan pembagian ruang yang optimal. Bila itu sudah terpenuhi, arsitek bisa bebas mengembangkan aspek lain.

Edy, seorang rekan yang ikut meninjau lokasi bersama saya berpendapat: "Ini sih terlalu keren untuk bangunan pasar, nggak sesuai dengan karakter manusianya." Saya sih kurang setuju, memangnya pasar harus becek dan kotor? Apa salahnya punya pasar keren (atau pacar keren? Haha..). Tapi Candi, teman saya yang lama bermukim di Batam punya pendapat lain: "Kalian tau nggak, di Batam itu aneh. setiap ada bangunan baru, bangunan yang sebelumnya pasti ditinggalkan terus mati, ya pasar itu salah satunya." Wah apa nggak rugi ya, pengusaha propertinya? Menurut Candi, mati atau tidak itu bukan urusan mereka, yang penting duit bank sudah berhasil keluar. Entah bagaimana logikanya, saya kurang jelas.

Ya, entah apa alasannya, yang jelas bangunan pasar induk Sei Jodoh sudah rusak, seperti sisa-sisa kejayaan kota di masa lalu namun tanpa cerita sejarah yang panjang. Menyedihkan..  
, , ,

desain yang ramah ....

Ketika bertemu klien, saya dan rekan saya seperti biasa meminta si klien menceritakan permintaan atau keinginannya. Ia ingin membangun rumah keduanya di tanah yang ukurannya 150m2. Kemudian saya bertanya tentang apa yang ia inginkan pada rumah tersebut, sebagai prioritas pertamanya. Kami ingin lebih dekat juga dengan cara ngobrol-ngobrol santai, sore hari di teras belakang yang asri.

"Saya mau di ruang bawah itu hanya kamar utama saja, yang cukup luas. Dengan kamar mandi ya.., lalu ada ruang shalat, kamar tamu juga ok, kalau masih cukup." jelasnya. Kemudian ia menambahkan, semua harus easy maintenance. Ia tak mau menghabiskan waktu untuk bersih-bersih rumah. Dan berlanjut dengan ruang-ruang di atas. Sampai di sini saya belum ketemu keinginannya yang paling mendasar, semua masih umum saja. O ya kecuali kamar utama yang sedemikian besar dan pintunya juga besar pula. Saya pun bertanya soal ini, seberapa besar yang diinginkan?

"Cukup besar, 9 x 10 meter, gimana?," tanyanya. Ya tidak apa-apa sih, tentu saja. Tapi buat apa ya, mengingat ruang lain belum kebagian tempat. Dia juga ingin ada ruang tamu atau keluarga yang lapang di lantai bawah. "Begini, saya dan suami sudah tua. Kalau kami meninggal, saya tidak ingin orang lain susah dengan ruang-ruang yang sempit," katanya. Hmm.. ya betul juga, tapi hmm..saya yakin mereka belumlah terlalu tua. "Demikian juga pintu-pintu di ruang bawah, jangan ada yang sulit dilewati, terutama ketika mengangkat keranda jenazah." imbuhnya. Dia mencontohkan rumah lamanya dengan pintu masuk yang berbelok-belok, "Coba deh kalo kayak gini, katanya fengshui-nya bagus, tapi gak mungkin keranda bisa lewat pintu depan, terus mau lewat mana?" Saya dan rekan jadi agak ngeri membayangkannya. Pemikiran yang jauh dan bagus, tapi hmm..horor gitulah.

Dan klien kami pun menangkap ekspresi keterkejutan itu, ia menimpali, "Hehe.. tenang saja, kita semua punya tujuan ke sana kan?" Saya tersenyum saja mendengarnya. Dan diskusi pun berlanjut masih seputar akses dan ruang-ruang jika si klien meninggal. Duh.. kenapa yang kepikiran di saya, konsepnya jadi spooky begini yah.. seperti, 'nanti malaikat-malaikat perlu lewat pintu khususkah?' Setelah beberapa lama, akhirnya terlontar juga kata kunci tentang style rumah yang dia mau. Lega juga rasanya, paling tidak, jadinya nanti rumah kecil yang manis, bukan suasana kematian seperti yang diceritakan di awal.

Tidak ada yang aneh karena setiap desain selalu memperhatikan kebutuhan saat ini dan di masa depan. Kalau ada desain bangunan ramah lingkungan, barangkali segera akan menjadi trend pula desain ramah kematian.
, , ,

bertemu none toegoe

saya kebetulan berada di dekat kantor walikota jakarta utara ketika iring-iringan mobil hias membikin macet jalan. ooh..pemkot jakarta utara baru saja mendapatkan piala Adipura dari Presiden SBY. saya masuk ke halaman walikota dan ikut melihat prosesi iring-iringan. di dalam, para penari dan pemain musik tradisional sedang gladi bersih. "iring-iringan sudah dekat, ayo kita siap-siap," teriak MC di teras kantor walikota. seseorang berbisik kepada saya, pak Walikota ada dalam rombongan dari balai kota. lalu, para senimann tradisional ini dipersiapkan untuk menyambut kedatangan piala yang bergengsi itu.

ketika rombongan sudah sampai di gerbang, mereka dicegat dulu oleh para seniman lenong. mereka bercakap-cakap dengan gaya betawi yang khas seputar jakarta utara dan piala Adipura. sesekali diselingi oleh celetukan-celetukan khas yang kocak dan merakyat (bukan banyolan tak bermutu ala anggota parlemen kita). tak lama iring-iringan hampir sampai di depan teras Walikota. lagi-lagi perjalanan mereka terhenti sejenak untuk melihat prosesi penyambutan oleh para seniman. ada tari-tarian, reog ponorogo, bahkan barongsai. lho, tapi apakah semua itu kesenian khas jakarta?

"seperti itulah pesisir Jakarta," kata Kasudin Kebudayaan Jakarta Utara. "Kita ini terbentuk dari beragam kebudayaan yang berbeda-beda, semua ada di sini, hidup berdampingan dan saling menghormati," lanjutnya. Setuju, di pesisir utara ini kota jakarta bermula. sejak abad 16 para pendatang saling mengadu nasib dan proses itu masih berlangsung hingga sekarang. "Coba sebut suku apa yang tidak ada di jakarta?" tanyanya. Hmm.. orang timbuktu ada nggak ya :) Dan keberagaman itu juga tampak pada tarian Lenggang Nyai, yang para penarinya menggunakan pakaian adat dari berbagai daerah. Ada Bugis, Bali, Jawa, Padang, dan lain-lain.

Satu yang sangat menarik, saya melihat tarian yang saya belum pernah lihat. Namanya tari None Toegoe, ini lebih unik lagi karena gerakannya kayak tari-tarian di Eropa. Ya memang di Tugu ada komunitas yang konon masih keturunan Portugis, jadi budaya dan wajahnya agak berbeda dengan orang Indonesia pada umumnya. anyway, selamat untuk jakarta utara yang mendapatkan piala Adipura. mudah-mudahan bukan tidak seperti komentar orang di koran: "kok bisa ya, bukannya polusinya tinggi, sungainya kotor, langganan banjir, dan sampah menggunung di pinggir-pinggir kota?" hmm..
, ,

Jangan cari amannya aja!


Beberapa hari yang lalu saya sempat membaca sebuah artikel dalam Kolom Kompas yang mengulas tentang “The Architecting, Proses Berpikir yang Menyimpang”. Menurut si penulis, "The Architecting" dalam dunia arsitektur adalah kemampuan berkreasi dan mengembangkan suatu ide -ide segar untuk menciptakan sesuatu yang bahkan "mustahil" untuk diwujudkan, dan hambatan -hambatan yang muncul, justru akan membuat kita semakin andal karena akan menemukan solusi yang selama ini selalu tidak pernah dijumpai.
Jujur saja, saya belum pernah mendengar kata The Architecting. Yang saya tahu, sebuah kata kerja yang diberi akhiran –ing dalam bahasa Inggris artinya menjadi kata kerja tersebut sedang dilakukan atau sedang berlangsung. Tapi jika kata benda atau sebuah jabatan/posisi yang diberi imbuhan –ing dalam bahasa Inggris, setahu saya akan menjadi sebuah sebuah kegiatan yang berhubungan dengan sifat benda itu atau jabatan/posisi yang dimaksud. Saya tak ada niatan mengajar bahasa Inggris, hanya sekadar menjabarkan betapa saya baru tahu ada kata Architecting. Mungkin saya yang gak gaul hehe..
Saya tergelitik dengan tulisan di Kompas ini. Mengapa? Karena pembahasannya yang menurut saya menarik mengenai proses berpikir seorang arsitek. Jaman kuliah dulu sering dengar tentang teori Black Box. Dari beberapa referensi yang saya baca, secara garis besar konsep berpikirnya kurang lebih sama dengan yang dimaksud oleh si penulis The Architecting ini. Dalam suatu kasus, jika kita berpikir di dalam black box, kita tidak akan pernah tahu apa yang sedang terjadi. Secara harafiah, kalo kita masuk kedalam sebuah kotak hitam nan gelap tentu kita hanya bisa meraba, bukan? Tidak yakin, ragu-ragu, tidak jelas, langkah yang tersendat-sendat, segala ketidakmungkinan terjadi di dalam kotak hitam itu. Namun, jika kita berpikir diluar black box dan ingin melihat apa yang ada di dalam atau membayangkan keadaan di dalam black box tadi, all we have to do is TO TRY! Menciptakan sesuatu, berkreasi, terus menggali ide-ide, dan terus mencoba sesuatu yang berbeda untuk melewati kotak hitam itu. Sehingga dari hasil akhir yang kita dapat, kita menerima sebuah pengalaman dan mulai menemukan solusi-solusi atas hambatan-hambatan (seperti yang disebutkan oleh penulis The Architecting). Yang lebih penting lagi kita sudah bisa membaca situasi apa yang terjadi di dalam kotak hitam itu.
Realitanya, sebagian arsitek dalam proses penciptaannya menemukan banyak hal yang menghambat kreasinya. Dan hambatan-hambatan itu terkadang juga merupakan faktor yang tak bisa diabaikan, harus dipertimbangkan dan merupakan bagian dari karakter hasil ciptaan sang arsitek. Sebut saja faktor iklim, sosial budaya, kepercayaan, sumber daya alam dan manusia, kondisi finansial, maupun peraturan setempat. Benturan-benturan yang ada kadang tidak bisa diabaikan begitu saja. Ego seorang arsitek harus mau diturunkan beberapa level untuk mengimbangi keadaan tersebut. Di Cina, beberapa klien saya sangat fanatik pada feng shui. Kemana-mana ia selalu membawa meteran feng shui. Meteran ini berbeda dengan meteran biasa karena ada angka-angka yang diberi tanda merah yang berarti baik. Semua ukuran yang saya buat haruslah sesuai dengan fengshui. Semua angka berakhiran 4 dihindari. Walhasil, ada bagian-bagian dalam rumah yang tidak proposional dan tidak selaras satu dengan lainnya. Lagi-lagi ego saya harus diredam untuk menyelami keinginan klien.
Saya ingat semasa kuliah, saat saya ingin sok-sokan nyleneh membuat sebuah bangunan, dosen pembimbing selalu melontarkan pertanyaan mengenai struktur dan keselarasan dengan lingkungan sekitar. Lagi-lagi saya harus mengerem emosi jiwa muda yang selalu ingin membuat bangunan yang ‘mustahil’. Berpikir kembali, merombak sana-sini yang pada akhirnya bangunan saya menjadi sangat biasa (karena cari amannya saja). Dan kebetulan, mencari aman dalam mendesain, nampaknya selalu didoktrin oleh salah seorang dosen saya. Mencari desain yang aman dan yang umum disukai, memang menjadi favorit bagi sebagian arsitek yang tak mau repot, tak mau susah, dan tak mau menggali lebih dalam. Pola berpikir selalu’aman’ akan menghambat proses kreatifitas.
Seandainya saja arsitek memiliki kebebasan berkereasi tanpa batas seperti yang dialami arsitek-arsitek Jepang. Masing-masing disiplin ilmu melakukan tugasnya masing-masing untuk men-support kinerja arsitek. Sehingga sang arsitek memiliki otorita penuh (dan bebas) dalam berkreasi. *A*
, , ,

Wujud Cinta dalam Detail Arsitektur





Sadar atau tidak, pesan yang dikandung dalam sebuah desain seringkali terabaikan. Pesan itu seringkali terbungkus dalam olahan detail desain-desain bangunan yang sering kita ikuti.



Dunia desain adalah dunia penciptaan. Penciptaan selalu terikat dengan runtutan proses dan keterkaitan waktu. Sebuah desain bisa dinilai dari runtunan prosesnya, begitu juga dengan waktu yang dibutuhkan untuk mewujudkannya. Keinginan dan kepentingan selalu meliputi proses desain.

Proses perwujudan sebuah desain bisa jadi kompleks dan bisa juga sangat sederhana. Namun bisa saja di dalam kesederhanaan itu, kita justru menemukan kedalaman makna, dan sebuah rangkaian cerita yang membuat mata berbinar. Seperti halnya olahan desain Taj Mahal, yang mensyiratkan kekuatan cinta dari kekuatan detail dan proporsi bangunannya. Latar belakang pembuatan Taj mahal adalah karena cinta, yaitu sebuah monumen cinta dari sang raja kepada permaisurinya yang wafat terlebih dahulu.



Begitupula dengan Candi Borobudur. Siapa sangka, bangunan semegah Borobudur adalah wujud cinta dari Rakai Panangkaran yang dikenal sebagai sosok spiritualis. Sosok ini begitu tanggap terhadap kehidupan manusia yang saat itu begitu kacau balau. Maka untuk itu diperlukan sebuah bangunan pemersatu berupa candi yang menyimbolkan ajaran jalan kehidupan yang baik. Ajaran tersebut dalam bentuk batu berundak (Candi) yang berisi ajaran hidup Kamadhatu, Rupadhatu dan Arupadhatu. itulah karya arsitektur masa lalu yang meninggalkan seribu cerita dan beribu sudut yang memukau.

Kemegahan tak harus terlihat dari sosok bangunan yang ada. Kemegahan makna dari bangunan revitalisasi Kali Code karya Romomangun, memberikan sebuah ruang apresiasi pada detail-detail kehidupan yang sebelumnya termarginalkan. Pemberian warna-warna menjadikan kawasan Kali Code menjadi sebuah rangkaian ornamen kehidupan. Semua perhatian dan harapan itulah yang membuat sebuah desain terasa penuh cinta.


Terkadang kemudahan itu bisa sengaja ataupun tak sengaja disimpan oleh sang desainer dalam sebuah benang merah konsep-konsep desainnya yang lain. Saat itulah desainer membuat pesannya untuk orang lain, agar cintanya selalu terlihat, dan berbekas, jika bisa sepanjang sejarah.

Bangunan bukan hanya wadah, tapi bisa juga menjadi sebuah proses yang menceritakan keterikatan desainer dengan waktu dan rasa. Rasa cinta yang terolah dalam sebuah karya rumit, atau rapi, yang seolah tak mengenal waktu saat menciptakannya. Rasa senang, yang terolah dalam sebuah elemen yang terkomposisikan secara kontras dan menimbulkan pencerahan, atau rasa berontak yang ditunjukkan dalam ketidakseimbangan komposisi.

Saat desainer menyampaikan pesan, maka pesan itu tak hanya terasa di telinga, namun terlihat dimata, dan terasa di hati.


Sumber:
- www.altiusdirectory.com.jpg
- www.dezeen.com.jpg
- www.dreamstime.com.jpg